Sabtu, 14 November 2015

Dongeng Putri Bulan Perak, Putri Bintang dan Putra Semesta



Dongeng Putri Bulan Perak, Putri Bintang dan Putra Semesta dari Negeri Antah Berantah


Latar istana yang begitu indah. Putri Bulan Perak bersandar pada dinding kastil di sebuah loteng yang penuh debu. Ia mencari dan terus mencari. Tapi mahkota peraknya tetap tidak bisa Ia temukan. Ia begitu lelah hingga akhirnya terlelap dalam pangkuan angin yang merdu.
Ia bermimpi. Mimpi yang indah. Ia berdiri di sebuah ruangan yang tak memiliki ujung. Kakinya berpijak pada cahaya. Terang yang tidak menyilaukan. Ia berjalan dengan pelan-pelan dan takut-takut. Ia takut terjatuh. Entah pada apa. Namun kakinya tetap melangkah. Tak bisa Ia hentikan. Semua benda itu bersinar dengan kemilau.
Tempat apakah ini?
Putri Bulan Perak memandang dengan takjub. Kesegala arah yang bisa Ia lihat.
Langitkah ini?
Berjuta peri, bahkan mungkin lebih berterbangan dengan sayap-sayap yang bercahaya. Putri Bulan Perak mendatangi salah satunya. Peri itupun menoleh memandang Putri Bulan Perak.
“Kamu siapa?” Peri itu menatap takjub pada Putri didepannya itu. Parasnya begitu cantik!  Pikir peri itu.
“Aku Putri Bulan Perak dari Bumi”
“Bumi?”
Putri Bulan Perak mengangguk.
Peri itu menunjuk sebuah debu di sisi kanannya, “Maksudmu itu?”
Putri Bulan Perak tidak mengerti.
“Kita sekarang ada di galaksi Andromeda. Bumi itu adanya di galaksi Bima Sakti. Jaraknya 2.200.000 tahun cahaya dari sini. Sepertinya kamu tersesat.”
Putri Bulan Perak melongo bingung.
“Pergilah kesana dan temui Bintang Spica atau Alfa Centaury, dia temanku.”
Peri itu yang ternyata adalah bintang membawanya melesat ke samping debu yang Ia lihat tadi dari jauh.
Sekarang seperti kelereng-kelereng yang sedang berputar. Bintang itu menyentuh lembut tangannya yang terulur. Menggandengnya.
“Aku Spica. Aku adalah bintang yang nantinya membentuk rasi virgo.” Bintang itu tersenyum dengan ramah.
Cahayanya berwarna putih. Ia melihat kearah bintang yang lain. Ada yang sayapnya berwarna merah. Ada juga yang berwarna biru, hijau, kuning, jingga dan masih banyak lagi.
“Kenapa sayap-sayap kalian berbeda?”
Bintang itu tertawa. “Makanan kami berbeda.”
“Apa makananmu?”
“Aku ?”
Putri Bulan Perak mengangguk.
“Hidrogen, besi dan mangan” Bintang Spica menunjuk peri dengan sayap biru, “Yang itu makannya helium” Bintang Spica menunjuk peri dengan sayap kuning, “Yang itu makannya Hidrogen dan kalsium” Bintang Spica menunjuk peri dengan sayap jingga dan merah, “Yang itu makannya logam, titanium dan oksida” Bintang Spica menunjuk peri dengan sayap ungu, “Kalo yang itu makannya logam dan karbon
Putri Bulan Perak kebingungan.
“Hari ini Pangeran Semesta akan berkunjung ke galaksi Bima Sakti ini.”
“Siapa dia?”
“Putra jagad raya ini. Pangeran Semesta.”
Putri Bulan Perak mengangguk-angguk. “Bagaimana caraku pulang?”
Bintang Spica menoleh, “Lakukanlah seperti sebelum kau datang.”
Terdengar bunyi terompet tapi lebih indah, lebih merdu dan lebih lembut. Putri Bulan Perak dan Bintang Spica itu berpaling.
“Pangeran datang!” seru Bintang Spica dengan suara pelan.
Bintang Spica itu mengepakkan sayapnya dengan gemulai. Semua peri lainnya berbaris dengan teratur.
Pangeran itu datang dengan kendaraan semesta yang begitu ajaib. Sehingga Putri Bulan Perak itu tidak mampu menggambarkannya. Pangeran itu menoleh kearahnya. Dan tersentaklah ia.
Sepertinya ia tergoda oleh kecantikan Putri Bulan Perak itu.
Namun tiba-tiba Putri Bulan Perak merasa mengantuk dan Ia pun terlelap.
“Bangun,” Putri Bintang membangunkan dindanya itu. Ia menepuk-nepuk tangan dindanya. Namun dindanya tak bangun-bangun juga.
Putri Bulan Perak membuka matanya. Dan menemukan yundanya tengah menepuk-nepuk pipinya.
“Ini dimana?”
“Ini di loteng. Kamu bilang sama Yunda mau cari mahkota perakmu itu. kenapa malah tidur?”
Putri Bulan Perak mengucek-ucek matanya. “Tadi aku bermimpi?”
Putri Bintang memandangi dindanya dengan cemas, “Kamu sakit?”
Putri Bulan Perak menggeleng. Ia jatuh cinta pada Putra Jagad Raya tadi. Bagaimana Ia bisa bertemu dengan Pangeran tadi ?
Putri Bintang dan Putri Bulan Perak turun. Dan menemukan ayahandanya, Baginda Raja Matahari sedang duduk tenang di Singgasananya.
“Ayah,” panggil mereka berdua. Ayahnya menoleh kearah ke dua Putrinya.
“Ayo Ayah, kita makan siang dulu,” Ajak Putri Bintang.
Baginda Raja mengangguk.
Mereka bertiga duduk melingkar di meja bundar. Dan setelah mereka makan makanan penutup. Baginda Raja mulai bersuara. “Tadi perwira lapor kepada ayah kalau hari esok cuaca tidak akan secerah hari ini. Besok cuaca akan muram. Sepertinya akan ada hujan.”
“Tidak usah khawatir Ayah, benteng kan sudah selesei di bangun, kita cuma perlu berdamai pada Dewi Hujan kan?” Putri Bintang buka mulut.
Putri Bulan Perak diam. Ia teringat akan semesta yang Ia lihat tadi dalam mimpinya. Ia ingin bertanya pada Bintang Spica tentang Dewi Hujan itu.
“Iya, seharusnya bisa menjadi mudah. Bagaimanapun juga kan, Bumi ini milik kita bersama, bagaimana Bumi ini bisa menjadi indah kalau peperangan masih terjadi.”
Putri Bintang menatap Baginda Raja dengan mata bersinar, “Ayah semakin bijaksana” pujinya.
Baginda Raja mendongak. Kemudian tertawa. “Ayah bertemu dengan seorang Pangeran, dari Negeri Entah Berantah. Dia bilang Semesta. Pemilik Bumi ini. Tapi Ayah tidak percaya. Hatinya begitu baik. Dan dia begitu tampan. Ayah ingin kamu menikah dengan Pangeran itu, Putri Bintang,”
“Kenapa Ayah?” Putri Bintang heran.
“Dia membantu Ayah berpikir lebih terbuka. Ayah menyukai dia. Dan Ayah merasa kamu dan dia akan cocok sekali.”
Putri Bintang tersenyum. “Kalau menurut Ayah begitu, Putri Bintang akan menuruti Ayah.”
“Ada apa dengan adikmu?” Baginda Raja melihat Putri Bulan Perak pergi dari kursi makannya.
Putri Bintang menggeleng. “Tidak tahu Ayah..”

*             *          *

Malam itu bersinar dengan terang. Bintang berkelap-kelip di atas langit. Putri Bulan Perak masih melamunkan mimpinya siang tadi. Ia ingin kembali kesana.
Ia tidak tahu bahwa Pangeran Semesta itu sudah membuat perjanjian pada Dewa nan Agung. Pemilik Jagad Raya untuk turun ke Bumi. Skenario pun ditulis. Dicatat dengan teliti. Drama pun dimulai. Diatas panggung bernama Bumi ini, Pangeran Semesta berkelana membawa sebuah Mahkota Perak. Hingga Ia sampai di sebuah kerajaan besar. Pemiliknya bernama Baginda Raja Matahari. Ia memperkenalkan diri. Langit menyaksikannya.
Putri Bintang menyentuh bahu dindanya lembut. “Sudah larut dindaku. Apa yang sedang kamu pikirkan?”
Putri Bulan Perak menggeleng. “Tidak ada. Dinda juga ingin tidur. Dinda sudah ngantuk. Yunda tidurlah.”
Mereka pergi tidur.

 
“Dinda bangun!”
Putri Bulan Perak membuka matanya yang berat. Ia melihat Putri Bintang sudah tampak segar. “Yunda mau kemana?”
Putri Bintang tersenyum. “Ayahanda mau ajak Yunda kehutan, Dinda. Kamu di istana dulu. Tunggu sampai Ayah dan Yunda pulang.”
Putri Bulan mengangguk. Ia melihat Yundanya pergi. Ia bangun dari tempat tidurnya dan memandang ke langit. Cuacanya mendung. Langit terlihat muram.
Putri Bulan Perak berbenah diri. Ia pergi ke loteng untuk mencari Mahkota Peraknya. Ia yakin kemarin sudah menemukannya bahkan Ia sudah merasa memegangnya.
Ia mencari dan terus mencari di loteng yang berdebu itu. Langit sudah gelap. Tapi, Ayahanda dan Yundanya belum juga pulang kembali ke istana. Langit mulai menitikkan air. Putri Bulan Perak merasa takut sendirian. Ia duduk tersudut. Kemudian terlelap lagi. Ia terlelap begitu lama hingga tidak sadar langit sudah terseyum kembali. Tampak lebih ceria. Ia melihat cahaya warna-warni. Dengan penasaran Putri Bulan Perak berlari menaiki tangga ke menara paling tinggi. Ia mendongakkan wajahnya keluar jendela. Dan Ia pun melihatnya. Istana Dewi Pelangi. Ia memandangnya tanpa mengedipkan matanya. Begitu takjub. Baru sekali ini Ia melihatnya. Langit yang begitu cerah dengan cahaya berpendar warna-warni. Ia jatuh cinta pada keajaiban itu. ia memandangnya lama. Sampai Ia terlelap lagi.
Seseorang menyentuh pundaknya. Putri Bulan Perak membuka matanya.
Bintang Spica mengedipkan mata padanya. “Hai, kita ketemu lagi...”
Putri Bulan Perak tersenyum dengan amat senang. “Hai ! aku senang sekali bisa bertemu denganmu lagi,”
Bintang Spica mengepakkan sayapnya. Cahayanya agak redup.
“Ada apa dengan sayapmu?” Tanya Putri Bulan Perak polos.
Bintang Spica tersenyum lagi. “Aku sudah tua. Kemarin aku baru melahirkan. Bintang baru.”
“Kamu tidak terlihat tua,”
“Kamu terlalu polos, cantikku.” Bintang Spica terkekeh, “Masa tua Bintang itu terlihat dari terangnya kepakkan sayapnya. Bukan dari parasnya.”
Putri Bulan Perak diam seribu bahasa. “Spica?”
“Ya?”
“Apakah ini mimpi? Atau nyata?”
Kali ini Bintang Spica tertawa. “Ini bukan dunia Mimpi,” – melihat Putri Bulan Perak tersenyum penuh arti – dia segera melanjutkan, “Tapi ini juga bukan dunia Nyata.”
Putri Bulan Perak bingung dengan jawaban ini.
“Jika mimpi dan nyata adalah dua hal yang ditinggali makhluk Bumi. Maka dimanakah mereka saat sedang tidak berada didalam keduanya?”
Putri Bulan Perak berpikir keras. Namun Ia terpentok dengan kenyataan bahwa mimpi dan nyata adalah dua elemen yang berputar dalam kehidupannya.
“Harapan sayangku. Saat kamu merasa jenuh kepada dua hal yang mengikatmu tadi. Maka fantasi yang tenggelam dalam pikiranmu meminta pada keajaiban untuk membawa pemiliknya kedalam dunia yang penuh harapan.”
Heeemm...
“Apa aku bisa menemui Dewi Hujan?”
Bintang Spica menoleh, “Kamu kan tau ini bukan dunia Nyata. Dewi Hujan ada diistananya. Kerajaan Pelangi.”
Bahu Putri Bulan Perak merosot. “Aku ingin menemui Peri Pelangi kalau begitu?”
Bintang Spica mengangguk. “Kalau yang itu, kamu bisa melakukannya. Pegang tanganku Putri..
Putri Bulan Perak menggenggam tangan Bintang Spica dengan erat.
Kemudian mereka melesat dengan cepat.
“Hai Amora...”
“Spica!” seru Peri Amora itu riang.
“Ini Peri Amora, Putri cantik. Ini Putri Bulan Perak, Amora” Bintang Spica memperkenalkan keduanya.
Sayap Peri Amora tidak bersinar. Bukan Putih. Tapi polos.
“Sayapku akan bercahaya jika kamu melihatku dari posisi tengah. Antara aku  dan Cahaya Matahari. Pada dasarnya sayapku memang tidak berwarna. Dan bukannya putih melainkan polos. Sayapku hanya seberkas sinar dari cahaya putih matahari yang sebenarnya juga campuran dari cahaya berbagai warna yang terpantul mengenai sayapku dan peri-peri lainnya. Kemudian kami akan memancarkan cahaya berwarna-warni yang disebut spektrum. Karena Bumi yang tidak berbidang lurus. Akibatnya, cahaya sayap kami tampak melengkung menjadi kurva warna.”
Putri Bulan Perak tak bisa berkomentar. Ia merasa suaranya sudah jauh meninggalkannya kembali ke Bumi.
“Hei, Spica ...” Panggil Peri Amora mengalihkan diri dan menatap wajah Bintang Spica. “Kudengar, Pangeran Semesta telah membuat perjanjian pada Dewa nan Agung, Baginda Raja Jagad Raya. Ia pergi ke suatu tempat untuk mengembalikan sesuatu yang ditinggalkan oleh sang Putri yang ia cintai dan tidak akan tinggal di semesta lagi. Apa itu benar?”
Bintang Spica diam seribu bahasa. Ia tidak mengetahuinya dengan jelas. Namun, itu adalah rahasia langit yang tidak boleh diketahui oleh makhluk bumi.
Bintang Spica kembali membawa Putri Bulan Perak dengan kecepatan yang mencekam. Putri Bulan Perak merasa sesak. “Putri Bulan Perak, kamu bisa lihat itu?”
Putri Bulan Perak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Bintang Spica itu. Sebuah kerajaan yang berbentuk bulat. Dengan sinar yang berwarna merah menyala. “Apa itu?”
“Kerajaan langit.”
Putri Bulan Perak kembali terdiam.
“Kami sedang berduka karena Raja Matahari belum kembali ke singgasananya. Padahal sebentar lagi Putri Langit akan merayakan ulang tahunnya.” Bintang Spica terlihat sedih.
Putri Bulan Perak kebingungan memikirkan bagaimana cara menghiburnya.
“Putri Bulan Perak, maukah kamu tinggal di langit?”
Putri Bulan Perak tersenyum mendengar permintaan itu. “Apa yang bisa kulakukan untuk langit?”
“Kamu bisa menjadi Putri Malam sayangku. Menemani Bintang disini. Menjadi satu-satunya Putri Bulan Perak di langit ini.”
“Apa tanpaku mereka akan kesepian?”
“Kita pasti akan kehilanganmu, Putri. Kamu bisa memilih dimana kamu ingin tinggal. Di Venus-kah? Atau di Mars-kah?”
“Aku ingin tetap di Bumi.”
“Baiklah kalau begitu. Aku takkan memaksamu.” Bintang Spica mengepakkan sayapnya dengan pasrah.
Putri Bulan Perak merasa kantuk menyerangnya. Namun sebelum Ia benar-benar kembali ke kastilnya yang nyaman. Putri Bulan Perak memanggil Bintang Spica, “Spica?”
Bintang Spica menoleh.
“Aku mau. Kapan aku bisa tinggal di langit?”
Bintang Spica tersenyum dengan senang. Ia melesat dan datang lagi dengan pangeran bersayap biru.
“Putri Bulan Perak yang cantik, ini Antares. Bintang yang akan membentuk rasi Scorpio. Ia mengagumimu sejak pertama kali kamu datang ke langit ini, Putri cantik..
Pangeran itu tersipu. Namun Ia tersenyum dan mengulurkan tangannya mengajak berkenalan.
Putri Bulan Perak menyambut uluran tangannya. “Putri Bulan Perak..
“Antares,”
“Tujuh hari lagi. Bisa kau persiapkan? Biar aku yang mengurus kontrakmu ke Ratu Semesta. Biar aku juga yang akan mengurus kepindahanmu,” Bintang Spica menyunggingkan senyuman dengan begitu manis.
Putri Bulan Perak merasa bahagia. Ia mengangguk dan kantuknya membawanya kembali terlelap dan berpijak pada Bumi.
Putri Bulan Perak membuka matanya dan menemukan Baginda Raja Matahari sedang tertidur disamping tempat tidurnya. Menggenggam tangan Putri Bulan Perak dengan erat. Ternyata Ia sudah tertidur sampai dua hari lamanya.
Ia melepaskan genggaman tangan Ayahandanya. Bangun dari tempat tidur dan pergi keluar kamar. Ia sudah lupa pada mimpinya. Sekarang Ia sedang mencari Yundanya. Yundanya sedang memasak jamur kesukaannya. Dan membuatkan minuman hangat untuknya.
“Yunda,” Panggil Putri Bulan Perak takut-takut.
Putri Bintang terkaget. Ia melihat dindanya dan lantas segera memeluknya. “Kamu gak apa-apa kan, Dinda? Yunda dan Ayahanda menemukanmu tertidur di menara paling atas. Apa yang kamu lakukan disana? Apa kamu baik-baik saja? Kamu kumat yah?” Putri Bintang begitu khawatir pada dindanya yang jantung lemah itu.
Putri Bulan Perak itu menggeleng dengan lemah. Badannya lemas. Dan Ia pun kembali terkulai.


Cuaca begitu muram.
Sudah dua hari sejak kepergian Baginda Raja Matahari yang terkenal ramah serta bijaksananya. Semua rakyat Bumi begitu kehilangan.
Pangeran Semesta hadir. Dan akhirnya, Ia menemukan Putri Bulan Peraknya. Ia melihatnya. Mata Putri Bulan Peraknya itu tak berhenti-henti mengeluarkan air. Wajahnya begitu muram. Tatapannya begitu sedih. Aura Putri Bulan Perak itu begitu istimewa, begitu mewah. Dan Pangeran tak dapat mengelak bahwa Ia benar-benar sudah tergoda oleh keelokkan Putri Bulan Perak yang menawan itu.

Pada suatu malam yang cerah. Pangeran Semesta memberanikan diri mendatangi kerajaan Putri Bulan Perak dan Putri Bintang itu. Putri Bulan Perak masih terlihat begitu sedih. Tapi Yundanya sudah kembali ceria seperti biasa.
Ia mempersilahkan Pangeran Semesta itu masuk.
“Bolehkah aku menemuimu dindamu, Putri Bintang?” Pangeran Semesta meminta dengan sopan.
“Maaf. Dindaku sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun. Kamu beristirahatlah disini selama beberapa hari. Setelah itu barulah kamu bisa menemuinya. Maafkan aku Pangeran. Tapi aku tidak ingin membuat dindaku tambah bersedih.”
Pangeran Semesta setuju.


Hampir genap tiga hari Putri Bulan Perak mengurung diri di kamarnya dan tidak mau keluar. Ia juga tidak membiarkan siapapun masuk kedalam kamarnya. Wajahnya yang cantik jelita itu menjadi pucat. Badannya begitu lemah. Dan juga jantungnya.
Bintang Spica sudah menghitung dan tepat jam 12 malam nanti. Umur Putri Bulan Perak sudah genap tujuh hari. Ia sudah siap-siap untuk menjemputnya. Namun, Baginda Raja Matahari yang sudah kembali ke tempat yang seharusnya melarangnya. Ia ingin membiarkan Putri Bulan Perak itu memilih sendiri tempat ternyamannya.
Dan sebelum jam mendentang. Pangeran menyempatkan diri masuk ke dalam kamar Putri Bulan Perak dengan ijin Putri Bintang.
Putri Bintang membiarkan mereka berdua. Putri Bulan Perak melihatnya. Pangeran yang sudah membuatnya terpesona dari pertama kali mereka bertemu.
Pangeran itu mendekat. Menyerahkan sesuatu dan memakaikannya ke atas kepala Putri Bulan Perak.
Putri Bulan Perak tersentak.
“Putri, kamu tahu aku sudah mencintaimu sejak pertama kali aku melihatmu berdiri di samping Spica. Wajahmu yang begitu bercahaya dengan amat kemilau. Aku menemukan Mahkota Perak ini sesaat sebelum kamu pergi. Aku sudah melepaskan kerajaanku. Aku bukan lagi Pangeran Semesta. Aku hanyalah Pangeran biasa yang sedang mencari cinta sejatinya. Dan sekarang aku sudah menemukannya. Putriku itu sedang terbaring di atas kasurnya.”
Putri Bulan Perak tersenyum. Ia ingin mengatakan bahwa Ia juga mencintai Pangeran itu. Namun tiba-tiba dadanya terasa sesak. Jantungnya melemah. Dengan sekuat tenaga Putri Bulan Perak itu memeluknya. Dan seiring dengan dentangan jam dinding yang terakhir. Tanda jam dua belas sudah lewat. Putri Bulan Perak itu menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tak ada satupun kata yang sempat terucap. Tak ada satupun kalimat yang sempat terungkap. Tak ada satupun rasa yang sempat Ia utarakan.
Sesuai dengan janjinya. Ia kembali ke langit.

Pangeran Semesta bersedih. Ia bukannya menyesali perjanjian yang telah Ia sepakati bersama dengan Ayahandanya. Dewa nan Agung. Baginda Raja Jagad Raya. Pemilik Semesta. Namun Ia juga tak bisa menyesali pertemuan terakhirnya yang begitu cepat.
Pangeran Semesta tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya di dunia bernama Bumi ini. Ketika apa yang Ia cari selama ini sudah Ia temukan. Ia harus kembali merasakan kehilangan yang menyiksa hatinya. Kemana Ia harus berlari? Kemana Ia harus berteduh? Ia tidak punya tempat disini. Ia benar-benar terjebak. Ia tak tahu kemana Ia harus berpijak? Pada apa juga Ia harus bersandar. Tubuhnya melunglai. Ia semakin terpuruk. Semua yang dipikirkannya terlalu menyakitkkan.

Putri Bintang begitu terluka. Ia sudah kehilangan Ayahandanya. Dan sekarang Ia kehilangan adindanya. Putri Bulan Perak. Putri Bintang menangis sejadi-jadinya. Ia tak kuat jika harus sendirian di Bumi ini. Sementara kenyataan yang harus ia terima adalah rakyat Bumi begitu membutuhkannya untuk tetap kuat memimpin kerajaannya.

Putri Langit melihat keadaan itu. Dan memutuskan untuk turun ke Bumi.

Putri Bulan Perak sudah bahagia di tempatnya sekarang. Walaupun agak sedih sudah meninggalkan Pangeran Semesta sendiri di Bumi. Namun Ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Ia selalu memunculkan diri ketika malam datang menyelimuti Bumi. Bersama dengan teman-temannya yang setia. Peri bintang-bintang.



The End...

1 komentar:

  1. http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/02/tajir-melintar-ini-fakta-menarik-ibu.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/02/telaga-cisoka-danau-berair-biru-yang.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/02/bocoran-film-godzilla-vs-king-kong.html

    QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    BalasHapus