Dongeng Putri Bulan Perak, Putri Bintang dan Putra Semesta
dari Negeri Antah Berantah
Latar istana
yang begitu indah. Putri Bulan Perak bersandar pada dinding kastil di sebuah
loteng yang penuh debu. Ia mencari dan terus mencari. Tapi mahkota peraknya tetap
tidak bisa Ia temukan. Ia begitu lelah hingga akhirnya terlelap dalam pangkuan
angin yang merdu.
Ia bermimpi.
Mimpi yang indah. Ia berdiri di sebuah ruangan yang tak memiliki ujung. Kakinya
berpijak pada cahaya. Terang yang tidak menyilaukan. Ia berjalan dengan
pelan-pelan dan takut-takut. Ia takut terjatuh. Entah pada apa. Namun kakinya
tetap melangkah. Tak bisa Ia hentikan. Semua benda itu bersinar dengan kemilau.
Tempat apakah ini?
Putri Bulan
Perak memandang dengan takjub. Kesegala arah yang bisa Ia lihat.
Langitkah ini?
Berjuta peri,
bahkan mungkin lebih berterbangan dengan sayap-sayap yang bercahaya. Putri
Bulan Perak mendatangi salah satunya. Peri itupun menoleh memandang Putri Bulan
Perak.
“Kamu siapa?”
Peri itu menatap takjub pada Putri didepannya itu. Parasnya begitu cantik! Pikir peri itu.
“Aku Putri
Bulan Perak dari Bumi”
“Bumi?”
Putri Bulan
Perak mengangguk.
Peri itu
menunjuk sebuah debu di sisi kanannya, “Maksudmu itu?”
Putri Bulan
Perak tidak mengerti.
“Kita sekarang
ada di galaksi Andromeda. Bumi itu adanya di galaksi Bima Sakti. Jaraknya
2.200.000 tahun cahaya dari sini. Sepertinya kamu tersesat.”
Putri Bulan
Perak melongo bingung.
“Pergilah
kesana dan temui Bintang Spica atau Alfa Centaury, dia temanku.”
Peri itu yang
ternyata adalah bintang membawanya melesat ke samping debu yang Ia lihat tadi
dari jauh.
Sekarang
seperti kelereng-kelereng yang sedang berputar. Bintang itu menyentuh lembut
tangannya yang terulur. Menggandengnya.
“Aku Spica.
Aku adalah bintang yang nantinya membentuk rasi virgo.” Bintang itu tersenyum
dengan ramah.
Cahayanya
berwarna putih. Ia melihat kearah bintang yang lain. Ada yang sayapnya berwarna
merah. Ada juga yang berwarna biru, hijau, kuning, jingga dan masih banyak
lagi.
“Kenapa
sayap-sayap kalian berbeda?”
Bintang itu
tertawa. “Makanan kami berbeda.”
“Apa
makananmu?”
“Aku ?”
Putri Bulan
Perak mengangguk.
“Hidrogen, besi dan mangan” Bintang Spica menunjuk peri dengan
sayap biru, “Yang itu makannya helium”
Bintang Spica menunjuk peri dengan sayap kuning, “Yang itu makannya Hidrogen dan kalsium” Bintang Spica
menunjuk peri dengan sayap jingga dan merah, “Yang itu makannya logam, titanium
dan oksida” Bintang Spica menunjuk peri dengan sayap ungu, “Kalo yang itu
makannya logam dan karbon”
Putri Bulan
Perak kebingungan.
“Hari ini
Pangeran Semesta akan berkunjung ke galaksi Bima Sakti ini.”
“Siapa dia?”
“Putra jagad
raya ini. Pangeran Semesta.”
Putri Bulan
Perak mengangguk-angguk. “Bagaimana caraku pulang?”
Bintang Spica
menoleh, “Lakukanlah seperti sebelum kau datang.”
Terdengar
bunyi terompet tapi lebih indah, lebih merdu dan lebih lembut. Putri Bulan
Perak dan Bintang Spica itu berpaling.
“Pangeran
datang!” seru Bintang Spica dengan suara pelan.
Bintang Spica itu
mengepakkan sayapnya dengan gemulai. Semua peri lainnya berbaris dengan
teratur.
Pangeran itu
datang dengan kendaraan semesta yang begitu ajaib. Sehingga Putri Bulan Perak
itu tidak mampu menggambarkannya. Pangeran itu menoleh kearahnya. Dan
tersentaklah ia.
Sepertinya ia tergoda oleh kecantikan
Putri Bulan Perak itu.
Namun
tiba-tiba Putri Bulan Perak merasa mengantuk dan Ia pun terlelap.
“Bangun,”
Putri Bintang membangunkan dindanya itu. Ia menepuk-nepuk tangan dindanya.
Namun dindanya tak bangun-bangun juga.
Putri Bulan
Perak membuka matanya. Dan menemukan yundanya tengah menepuk-nepuk pipinya.
“Ini dimana?”
“Ini di
loteng. Kamu bilang sama Yunda mau cari mahkota perakmu itu. kenapa malah
tidur?”
Putri Bulan
Perak mengucek-ucek matanya. “Tadi aku bermimpi?”
Putri Bintang
memandangi dindanya dengan cemas, “Kamu sakit?”
Putri Bulan
Perak menggeleng. Ia jatuh cinta pada Putra Jagad Raya tadi. Bagaimana Ia bisa
bertemu dengan Pangeran tadi ?
Putri Bintang
dan Putri Bulan Perak turun. Dan menemukan ayahandanya, Baginda Raja Matahari
sedang duduk tenang di Singgasananya.
“Ayah,”
panggil mereka berdua. Ayahnya menoleh kearah ke dua Putrinya.
“Ayo Ayah, kita makan siang
dulu,” Ajak Putri Bintang.
Baginda Raja
mengangguk.
Mereka bertiga
duduk melingkar di meja bundar. Dan setelah mereka makan makanan penutup.
Baginda Raja mulai bersuara. “Tadi perwira lapor kepada ayah kalau hari esok
cuaca tidak akan
secerah hari ini. Besok cuaca akan muram. Sepertinya akan ada hujan.”
“Tidak usah
khawatir Ayah, benteng kan sudah selesei di bangun, kita cuma perlu berdamai
pada Dewi Hujan kan?” Putri Bintang buka mulut.
Putri Bulan
Perak diam. Ia teringat akan semesta yang Ia lihat tadi dalam mimpinya. Ia
ingin bertanya pada Bintang Spica tentang Dewi Hujan itu.
“Iya, seharusnya
bisa menjadi mudah. Bagaimanapun juga kan, Bumi ini milik kita bersama,
bagaimana Bumi ini bisa menjadi indah kalau peperangan masih terjadi.”
Putri Bintang
menatap Baginda Raja dengan mata bersinar, “Ayah semakin bijaksana” pujinya.
Baginda Raja
mendongak. Kemudian tertawa. “Ayah bertemu dengan seorang Pangeran, dari Negeri
Entah Berantah. Dia bilang Semesta. Pemilik Bumi ini. Tapi Ayah tidak percaya.
Hatinya begitu baik. Dan dia begitu tampan. Ayah ingin kamu menikah dengan
Pangeran itu, Putri
Bintang,”
“Kenapa Ayah?”
Putri Bintang heran.
“Dia membantu
Ayah berpikir lebih terbuka. Ayah menyukai dia. Dan Ayah merasa kamu dan dia
akan cocok sekali.”
Putri Bintang
tersenyum. “Kalau menurut Ayah begitu, Putri Bintang akan menuruti Ayah.”
“Ada apa
dengan adikmu?” Baginda Raja melihat Putri Bulan Perak pergi dari kursi
makannya.
Putri Bintang
menggeleng. “Tidak tahu Ayah..”
* * *
Malam itu
bersinar dengan terang. Bintang berkelap-kelip di atas langit. Putri Bulan
Perak masih melamunkan mimpinya siang tadi. Ia ingin kembali kesana.
Ia tidak tahu
bahwa Pangeran Semesta itu sudah membuat perjanjian pada Dewa nan Agung.
Pemilik Jagad Raya untuk turun ke Bumi. Skenario pun ditulis. Dicatat dengan teliti. Drama pun dimulai. Diatas
panggung bernama Bumi ini, Pangeran Semesta berkelana membawa sebuah Mahkota Perak.
Hingga Ia sampai di sebuah kerajaan besar. Pemiliknya bernama Baginda Raja
Matahari. Ia memperkenalkan diri. Langit menyaksikannya.
Putri Bintang
menyentuh bahu dindanya lembut. “Sudah larut dindaku. Apa yang sedang kamu
pikirkan?”
Putri Bulan
Perak menggeleng. “Tidak ada. Dinda juga ingin tidur. Dinda sudah ngantuk.
Yunda tidurlah.”
Mereka pergi
tidur.
“Dinda
bangun!”
Putri Bulan
Perak membuka matanya yang berat. Ia melihat Putri Bintang sudah tampak segar.
“Yunda mau kemana?”
Putri Bintang
tersenyum. “Ayahanda mau ajak Yunda kehutan, Dinda. Kamu di istana dulu. Tunggu sampai
Ayah dan Yunda pulang.”
Putri Bulan
mengangguk. Ia melihat Yundanya pergi. Ia bangun dari tempat tidurnya dan
memandang ke langit. Cuacanya mendung. Langit terlihat muram.
Putri Bulan
Perak berbenah diri. Ia pergi ke loteng untuk mencari Mahkota Peraknya. Ia
yakin kemarin sudah menemukannya bahkan Ia sudah merasa memegangnya.
Ia mencari dan
terus mencari di loteng yang berdebu itu. Langit sudah gelap. Tapi, Ayahanda
dan Yundanya belum juga pulang kembali ke istana. Langit mulai menitikkan air.
Putri Bulan Perak merasa takut sendirian. Ia duduk tersudut. Kemudian terlelap
lagi. Ia terlelap begitu lama hingga tidak sadar langit sudah terseyum kembali.
Tampak lebih ceria. Ia melihat cahaya warna-warni. Dengan penasaran Putri Bulan
Perak berlari menaiki tangga ke menara paling tinggi. Ia mendongakkan wajahnya
keluar jendela. Dan Ia pun melihatnya. Istana Dewi Pelangi. Ia memandangnya
tanpa mengedipkan matanya. Begitu takjub. Baru sekali ini Ia melihatnya. Langit
yang begitu cerah dengan cahaya berpendar warna-warni. Ia jatuh cinta pada
keajaiban itu. ia memandangnya lama. Sampai Ia terlelap lagi.
Seseorang
menyentuh pundaknya. Putri Bulan Perak membuka matanya.
Bintang Spica
mengedipkan mata padanya. “Hai, kita ketemu lagi...”
Putri Bulan
Perak tersenyum dengan amat senang. “Hai ! aku senang sekali bisa bertemu
denganmu lagi,”
Bintang
Spica mengepakkan sayapnya. Cahayanya agak redup.
“Ada apa
dengan sayapmu?” Tanya Putri Bulan Perak polos.
Bintang
Spica tersenyum lagi. “Aku sudah tua. Kemarin aku baru melahirkan. Bintang
baru.”
“Kamu tidak
terlihat tua,”
“Kamu
terlalu polos, cantikku.” Bintang Spica terkekeh, “Masa tua
Bintang itu terlihat dari terangnya kepakkan sayapnya. Bukan dari parasnya.”
Putri Bulan
Perak diam seribu bahasa. “Spica?”
“Ya?”
“Apakah ini
mimpi? Atau nyata?”
Kali ini
Bintang Spica tertawa. “Ini bukan dunia Mimpi,” – melihat Putri Bulan Perak
tersenyum penuh arti – dia segera melanjutkan, “Tapi ini juga bukan dunia
Nyata.”
Putri Bulan
Perak bingung dengan jawaban ini.
“Jika mimpi
dan nyata adalah dua hal yang ditinggali makhluk Bumi. Maka dimanakah mereka
saat sedang tidak berada didalam keduanya?”
Putri Bulan
Perak berpikir keras. Namun Ia terpentok dengan kenyataan bahwa mimpi dan nyata
adalah dua elemen yang berputar dalam kehidupannya.
“Harapan
sayangku. Saat kamu merasa jenuh kepada dua hal yang mengikatmu tadi. Maka
fantasi yang tenggelam dalam pikiranmu meminta pada keajaiban untuk membawa
pemiliknya kedalam dunia yang penuh harapan.”
Heeemm...
“Apa aku
bisa menemui Dewi Hujan?”
Bintang
Spica menoleh, “Kamu kan tau ini bukan dunia Nyata. Dewi Hujan ada diistananya.
Kerajaan Pelangi.”
Bahu Putri
Bulan Perak merosot. “Aku ingin menemui Peri Pelangi kalau begitu?”
Bintang
Spica mengangguk. “Kalau yang itu, kamu bisa melakukannya. Pegang tanganku
Putri..”
Putri Bulan
Perak menggenggam tangan Bintang Spica dengan erat.
Kemudian
mereka melesat dengan cepat.
“Hai Amora...”
“Spica!”
seru Peri Amora itu riang.
“Ini Peri
Amora, Putri cantik. Ini Putri Bulan Perak, Amora” Bintang Spica memperkenalkan
keduanya.
Sayap Peri
Amora tidak bersinar. Bukan Putih. Tapi polos.
“Sayapku akan bercahaya jika kamu melihatku dari posisi tengah. Antara
aku dan Cahaya Matahari. Pada dasarnya sayapku memang tidak berwarna. Dan
bukannya putih melainkan polos. Sayapku hanya seberkas sinar dari cahaya putih matahari yang sebenarnya juga campuran dari
cahaya berbagai warna yang
terpantul mengenai sayapku dan peri-peri lainnya. Kemudian kami akan
memancarkan cahaya berwarna-warni yang disebut spektrum. Karena Bumi yang tidak berbidang lurus. Akibatnya, cahaya sayap kami tampak melengkung menjadi kurva warna.”
Putri Bulan
Perak tak bisa berkomentar. Ia merasa suaranya sudah jauh meninggalkannya
kembali ke Bumi.
“Hei, Spica
...” Panggil Peri Amora mengalihkan diri dan menatap wajah Bintang Spica.
“Kudengar, Pangeran Semesta telah membuat perjanjian pada Dewa nan Agung, Baginda Raja Jagad Raya. Ia pergi ke suatu tempat
untuk mengembalikan sesuatu yang ditinggalkan oleh sang Putri yang ia cintai dan
tidak akan tinggal di semesta lagi. Apa itu benar?”
Bintang
Spica diam seribu bahasa. Ia tidak mengetahuinya dengan jelas. Namun, itu adalah
rahasia langit yang tidak boleh diketahui oleh makhluk bumi.
Bintang
Spica kembali membawa Putri Bulan Perak dengan kecepatan yang mencekam. Putri
Bulan Perak merasa sesak. “Putri Bulan Perak, kamu bisa lihat itu?”
Putri Bulan
Perak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Bintang Spica itu. Sebuah kerajaan
yang berbentuk bulat. Dengan sinar yang berwarna merah menyala. “Apa itu?”
“Kerajaan
langit.”
Putri Bulan
Perak kembali terdiam.
“Kami sedang
berduka karena Raja Matahari belum kembali ke singgasananya. Padahal sebentar
lagi Putri Langit akan merayakan ulang tahunnya.” Bintang Spica terlihat sedih.
Putri Bulan
Perak kebingungan memikirkan bagaimana cara menghiburnya.
“Putri Bulan
Perak, maukah kamu tinggal di langit?”
Putri Bulan
Perak tersenyum mendengar permintaan itu. “Apa yang bisa kulakukan untuk
langit?”
“Kamu bisa
menjadi Putri Malam sayangku. Menemani Bintang disini. Menjadi satu-satunya
Putri Bulan Perak di langit ini.”
“Apa tanpaku
mereka akan kesepian?”
“Kita pasti
akan kehilanganmu, Putri. Kamu bisa memilih dimana kamu ingin tinggal. Di Venus-kah? Atau di Mars-kah?”
“Aku ingin
tetap di Bumi.”
“Baiklah
kalau begitu. Aku takkan memaksamu.” Bintang Spica mengepakkan sayapnya dengan
pasrah.
Putri Bulan
Perak merasa kantuk menyerangnya. Namun sebelum Ia benar-benar kembali ke
kastilnya yang nyaman. Putri Bulan Perak memanggil Bintang Spica, “Spica?”
Bintang
Spica menoleh.
“Aku mau.
Kapan aku bisa tinggal di langit?”
Bintang
Spica tersenyum dengan senang. Ia melesat dan datang lagi dengan pangeran
bersayap biru.
“Putri Bulan
Perak yang cantik, ini Antares. Bintang yang akan membentuk rasi Scorpio. Ia
mengagumimu sejak pertama kali kamu datang ke langit ini, Putri cantik..”
Pangeran itu
tersipu. Namun Ia tersenyum dan mengulurkan tangannya mengajak berkenalan.
Putri Bulan
Perak menyambut uluran tangannya. “Putri Bulan Perak..”
“Antares,”
“Tujuh hari
lagi. Bisa kau persiapkan? Biar aku yang mengurus kontrakmu ke Ratu Semesta.
Biar aku juga yang akan mengurus kepindahanmu,” Bintang Spica menyunggingkan
senyuman dengan begitu manis.
Putri Bulan
Perak merasa bahagia. Ia mengangguk dan kantuknya membawanya kembali terlelap
dan berpijak pada Bumi.
Putri Bulan
Perak membuka matanya dan menemukan Baginda Raja Matahari sedang tertidur
disamping tempat tidurnya. Menggenggam tangan Putri Bulan Perak dengan erat.
Ternyata Ia sudah tertidur sampai dua hari lamanya.
Ia
melepaskan genggaman tangan Ayahandanya. Bangun dari tempat tidur dan pergi
keluar kamar. Ia sudah lupa pada mimpinya. Sekarang Ia sedang mencari Yundanya.
Yundanya sedang memasak jamur kesukaannya. Dan membuatkan minuman hangat
untuknya.
“Yunda,”
Panggil Putri Bulan Perak takut-takut.
Putri
Bintang terkaget. Ia melihat dindanya dan lantas segera memeluknya. “Kamu gak
apa-apa kan, Dinda? Yunda dan Ayahanda
menemukanmu tertidur di menara paling atas. Apa yang kamu lakukan disana? Apa
kamu baik-baik saja? Kamu kumat yah?” Putri Bintang begitu khawatir pada
dindanya yang jantung lemah itu.
Putri Bulan
Perak itu menggeleng dengan lemah. Badannya lemas. Dan Ia pun kembali terkulai.
Cuaca begitu
muram.
Sudah dua
hari sejak kepergian Baginda Raja Matahari yang terkenal ramah serta
bijaksananya. Semua rakyat Bumi begitu kehilangan.
Pangeran
Semesta hadir. Dan akhirnya, Ia menemukan Putri Bulan Peraknya. Ia melihatnya.
Mata Putri Bulan Peraknya itu tak berhenti-henti mengeluarkan air. Wajahnya
begitu muram. Tatapannya begitu sedih. Aura Putri Bulan Perak itu begitu
istimewa, begitu mewah. Dan Pangeran tak dapat mengelak bahwa Ia benar-benar
sudah tergoda oleh keelokkan Putri Bulan Perak yang menawan itu.
Pada suatu
malam yang cerah. Pangeran Semesta memberanikan diri mendatangi kerajaan Putri
Bulan Perak dan Putri Bintang itu. Putri Bulan Perak masih terlihat begitu
sedih. Tapi Yundanya sudah kembali ceria seperti biasa.
Ia
mempersilahkan Pangeran Semesta itu masuk.
“Bolehkah
aku menemuimu dindamu, Putri Bintang?” Pangeran
Semesta meminta dengan sopan.
“Maaf.
Dindaku sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun. Kamu beristirahatlah disini
selama beberapa hari. Setelah itu barulah kamu bisa menemuinya. Maafkan aku
Pangeran. Tapi aku tidak ingin membuat dindaku tambah bersedih.”
Pangeran
Semesta setuju.
Hampir genap
tiga hari Putri Bulan Perak mengurung diri di kamarnya dan tidak mau keluar. Ia
juga tidak membiarkan siapapun masuk kedalam kamarnya. Wajahnya yang cantik
jelita itu menjadi pucat. Badannya begitu lemah. Dan juga jantungnya.
Bintang
Spica sudah menghitung dan tepat jam 12 malam nanti. Umur Putri Bulan Perak
sudah genap tujuh hari. Ia sudah siap-siap untuk menjemputnya. Namun, Baginda
Raja Matahari yang sudah kembali ke tempat yang seharusnya melarangnya. Ia
ingin membiarkan Putri Bulan Perak itu memilih sendiri tempat ternyamannya.
Dan sebelum
jam mendentang. Pangeran menyempatkan diri masuk ke dalam kamar Putri Bulan
Perak dengan ijin Putri Bintang.
Putri
Bintang membiarkan mereka berdua. Putri Bulan Perak melihatnya. Pangeran yang
sudah membuatnya terpesona dari pertama kali mereka bertemu.
Pangeran itu
mendekat. Menyerahkan sesuatu dan memakaikannya ke atas kepala Putri Bulan
Perak.
Putri Bulan
Perak tersentak.
“Putri, kamu
tahu aku sudah mencintaimu sejak pertama kali aku melihatmu berdiri di samping
Spica. Wajahmu yang begitu bercahaya dengan amat kemilau. Aku menemukan Mahkota
Perak ini sesaat sebelum kamu pergi. Aku
sudah melepaskan kerajaanku. Aku bukan lagi Pangeran Semesta. Aku hanyalah
Pangeran biasa yang sedang mencari cinta sejatinya. Dan sekarang aku sudah menemukannya. Putriku itu
sedang terbaring di atas kasurnya.”
Putri Bulan
Perak tersenyum. Ia ingin mengatakan bahwa Ia juga mencintai Pangeran itu. Namun tiba-tiba dadanya terasa sesak.
Jantungnya melemah. Dengan sekuat tenaga Putri Bulan Perak itu memeluknya. Dan
seiring dengan dentangan jam dinding yang terakhir. Tanda jam dua belas sudah
lewat. Putri Bulan Perak itu menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tak ada
satupun kata yang sempat terucap. Tak ada satupun kalimat yang sempat
terungkap. Tak ada satupun rasa yang sempat Ia utarakan.
Sesuai
dengan janjinya. Ia kembali ke langit.
Pangeran
Semesta bersedih. Ia bukannya menyesali perjanjian yang telah Ia sepakati
bersama dengan Ayahandanya. Dewa nan Agung. Baginda Raja Jagad Raya. Pemilik
Semesta. Namun Ia juga tak bisa menyesali pertemuan terakhirnya yang begitu
cepat.
Pangeran
Semesta tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya di dunia bernama Bumi ini.
Ketika apa yang Ia cari selama ini sudah Ia temukan. Ia harus kembali merasakan
kehilangan yang menyiksa hatinya. Kemana Ia harus berlari? Kemana Ia harus
berteduh? Ia tidak punya tempat disini. Ia benar-benar terjebak. Ia tak tahu
kemana Ia harus berpijak? Pada apa juga Ia harus bersandar. Tubuhnya melunglai.
Ia semakin terpuruk. Semua yang dipikirkannya terlalu menyakitkkan.
Putri
Bintang begitu terluka. Ia sudah kehilangan Ayahandanya. Dan sekarang Ia
kehilangan adindanya. Putri Bulan Perak. Putri Bintang menangis sejadi-jadinya.
Ia tak kuat jika harus sendirian di Bumi ini. Sementara kenyataan yang harus ia
terima adalah rakyat Bumi begitu membutuhkannya untuk tetap kuat memimpin
kerajaannya.
Putri Langit
melihat keadaan itu. Dan memutuskan untuk turun ke Bumi.
Putri Bulan
Perak sudah bahagia di tempatnya sekarang. Walaupun agak sedih sudah
meninggalkan Pangeran Semesta sendiri di Bumi. Namun Ia tidak bisa melakukan
apa-apa lagi. Ia selalu memunculkan diri ketika malam datang menyelimuti Bumi.
Bersama dengan teman-temannya yang setia. Peri bintang-bintang.
The End...
http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/02/tajir-melintar-ini-fakta-menarik-ibu.html
BalasHapushttp://taipannnewsss.blogspot.com/2018/02/telaga-cisoka-danau-berair-biru-yang.html
http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/02/bocoran-film-godzilla-vs-king-kong.html
QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
• BB : 2B3D83BE
Come & Join Us!