Senin, 24 Oktober 2016

To : Partner

To   : Partner
Fr    : Seseorang yang sering kau sebut "peramal"


     Hai, Partner. Lama kita tidak jumpa dan sapa di dunia maya. Entah bagaimana kabar rupa dan hatimu disana, aku harap semuanya baik-baik saja. Setelah waktu-waktu yang terasa lama, aku memutuskan untuk menuliskan seisi kepala yang penuh dengan kata-kata. Kali ini tentangmu, Partner.
     Tentang pertemuan kita di sebuah "rumah maya", aku mensyukurinya. Itu sama sekali bukan sebuah kebetulan. Ada sebuah benang merah yang terlihat, lalu kita terkoneksi karenanya. Akrab, menjadi alur kesudahannya.
     Tak cepat dan tak lambat kita semakin terbuka berbagi canda dan tawa. Cacat dan rahasia. Luka dan beban di dada lainnya. Seperti sahabat yang telah saling mengenal sejak lama, kita saling bercerita dan mendengarkan satu sama lain. Berusaha seimbang. Tanpa sengaja menjadi lebih akrab hingga ide itu terlontar dari kepala.
     Kita sama-sama suka menulis. Karena itu dengan nada bercanda suatu saat kamu memberi usul agar kita punya karya bersama. Mengingat keberadaanmu yang  sangat jauh dari kota dimana aku berada sekarang, aku ragu pada awalnya. Pun komunikasi kita terbatas hanya lewat telepon dan media sosial saja. Tapi pikiranku berubah saat membaca aura semangat menulismu. Berbekal sebuah ide, kita memulai proyek menulis itu.
     Proyek menulis jarak jauh itu memompa adrenalinku. Melahirkan plot-plot secara spontan dengan berbekal beberapa riset, ini menarik buatku. Aku menikmatinya. Entah bagaimana kamu. Aku menebak kamu sedikit tertekan, mengingat kita menulis tentang kisah cintamu. Setidaknya itu bagian yang cukup rumit.
     Aku lupa bagaimana tepatnya saat kamu memutuskan untuk membuat jarak dan ... menghentikan proyek menulis itu. Kita terhenti di bab 9. Nasib tokoh kita terkatung-katung. Aku sedikit bersedih, tapi tidak cukup mampu menunjukkannya padamu.
     Hal terakhir yang mengakrabkan kita adalah saat kamu menitipkan manuskrip awal cerita itu padaku. Aku menerimanya. Kamu bilang cerita itu sudah tepat di tanganku. Aku cukup linglung, tapi aku masih punya cukup kelapangan hati untuk menerima tanggung jawab darimu.
     Bukannya aku tidak pernah menyadari masalah berat yang menimpamu. Menjadi kamu pasti tidak mudah. Kamu butuh lebih dari sekedar pesan yang menenangkan. Sementara aku yang berada ratusan kilometer darimu hanya sanggup mendoakan.
     Pada akhirnya jarak itu semakin nyata. Kamu menghilang dari radar. Tidak apa-apa. Mungkin memang sudah seharusnya.Saat waktu yang menginginkan, segala yang ia mau akan diminta dari kita. Hubungan termasuk salah satunya.
     Berbulan lewat dan aku masih disini. Di ruang berwarna biru muda berukuran 2 x 3 ini aku tengan berupaya membesarkan keempat tokoh kita seorang diri. Aku belum tahu kapan tepatnya mereka akan tumbuh dewasa dan layak dibaca. Semampuku akan kubesarkan mereka dengan baik. Meskipun kabar tak lagi saling tahu, tapi aku tetap butuh doa darimu.
     Semoga keakraban menyapa kita lagi suatu hari nanti.
     Entah kabar baik atau buruk, tapi aku mau memberitahumu sesuatu. Semoga tidak menghadirkan sakit di kepalamu.
     Nama lengkap Saga adalah ...
     AriSaga Naru.


    A.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar